Buolonline.com, Buol – Kabupaten Buol kini dihadapkan pada masalah pasar liar yang semakin berkembang dan belum terselesaikan.
Fenomena ini memicu berbagai masalah seperti kemacetan lalu lintas, pengelolaan limbah, dan sepinya pengunjung di pasar-pasar milik pemerintah.
Menjamurnya pasar kaget di Kelurahan Buol mendapat keluhan dari pedagang di pasar tradisional resmi yang dikelola pemerintah.
Pasar liar ini dianggap sebagai penyebab turunnya pengunjung di pasar resmi Kampung Bugis, yang kini hanya diisi oleh kurang dari 10 lapak.
Namun, di sisi lain, keberadaan pasar liar ini juga didukung oleh pedagang setempat dan warga yang datang mencari kebutuhan pokok.
Para pedagang mengaku bisa mendapatkan pemasukan hingga lima ratus ribu rupiah per hari, lebih besar daripada saat berjualan di pasar resmi.
“Alhamdulillah penghasilan di sini lebih baik, ada pemasukan setiap hari, dengan setoran lapak 350 ribu per bulan,” ujar salah satu pedagang.
Sebagian warga yang berbelanja juga mendukung keberadaan pasar liar karena lebih dekat dan lengkap dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari.
“Karena di sini lebih dekat dan lengkap rempah-rempahnya, tidak perlu biaya lebih untuk transportasi,” ujar seorang pengunjung.
Namun, sebagian kawasan yang digunakan oleh lapak-lapak liar ini seharusnya menjadi ruang terbuka hijau yang akan dibangun oleh pemerintah.
Selain tidak sesuai dengan peruntukan, limbah dan kemacetan akibat pasar liar ini akan mengganggu pembangunan taman di lokasi tersebut.
Permasalahan ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan pihak terkait untuk mencari solusi yang tepat demi kesejahteraan semua pihak dan keberlanjutan pembangunan kota Buol.
Ing